Penelitian membuktikan bahwa kasus perceraian di Indonesia mengalami kenaikan yang cukup drastis. Meski perceraian seringkali dianggap sebagai solusi terbaik, perceraian tetaplah sebuah proses hidup yang tak mudah untuk dijalani, khususnya bagi anak dari orangtua yang bercerai tersebut. Anak bisa menjadi korban dari sebuah perceraian, jika kedua orangtua yang bercerai tak pandai menyikapi berbagai problematika pasca perceraian itu berlangsung. Anak kerap merasa kehilangan figur orangtuanya akibat perceraian itu. Akhirnya, mereka kurang mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya.
Namun perceraian hanya
salah satu dari sekian permasalahan rumah tangga, yang bisa menyebabkan kondisi
rumah tempat berkumpulnya keluarga menjadi tak nyaman lagi, karena ada ketidakharmonisan,
ketidakpedulian, atau keributan di dalamnya. Keadaan ini biasa kita sebut
dengan istilah broken home.
Ada juga rumah tangga yang
utuh, dalam arti masih terikat dalam pernikahan, namun bisa dikategorikan ke
dalam keluarga broken home, manakala orangtua kerap bertengkar di depan anak,
kedua orangtua saling bersikap tak peduli dan dingin, atau orangtua terlalu
sibuk dengan urusannya masing-masing hingga mengabaikan kebutuhan anak akan
kasih sayang.
Anak-anak dengan latar
belakang keluarga broken home, memang memiliki kecenderungan untuk tumbuh
menjadi pribadi yang rapuh. Hal ini disebabkan karena kurangnya kasih sayang dan
kepedulian dari orangtuanya, serta segala permasalahan yang membuatnya merasa
tak nyaman di dalam keluarganya sendiri. Latar belakang keluarga yang broken
home bisa membuat seorang anak lebih mudah terjerumus pada gaya hidup yang
negatif, ketergantungan pada alkohol maupun narkotika, serta pergaulan bebas. Tapi tentu tak semua anak
dari keluarga broken home akan tumbuh menjadi pribadi yang rapuh. Banyak pula di
antara mereka yang tumbuh menjadi anak yang lebih tangguh dan berhasil meraih
kesuksesan.
“When you come from a broken home, the environment makes you stronger and hard thinker, you learn to focus on what is really important and to pursue your dreams. In fact you become a stronger and smarter person in every way.” – MRRS
Tak
ada seorangpun yang ingin dilahirkan dari keluarga broken home, tapi jika kita dipilih
menjadi salah satunya, maka yakinlah ada pembelajaran yang bisa diambil
darinya. Kita tak bisa memilih dari keluarga mana kita dilahirkan, tapi kita
bisa memilih jalan mana yang kita tempuh untuk hidup kita di masa depan.
Inilah
yang mendasari terbentuknya komunitas Rumah
Kedua. Atas dasar kepedulian dan semangat untuk saling membantu, dan
membangun masa depan yang jauh lebih baik bagi anak dengan latar belakang
keluarga broken home. Kami berharap Rumah
Kedua bisa menjadi tempat yang nyaman layaknya keluarga, di mana di
dalamnya terdapat rasa saling menyayangi, saling peduli, dan saling membantu
serta memotivasi anak-anak dari keluarga broken home.
Visi
Membangun karakter positif dan motivasi bagi anak-anak dengan latar belakang keluarga broken home.
Misi
1. Menjadi rumah kedua yang bisa memberikan rasa nyaman untuk berbagi cerita, kasih sayang, dan semangat.
2. Menjadi komunitas yang berdampak di segala usia melalui kegiatan bersama yang kreatif dan berkala.
Mari
tunjukkan kepedulian kita terhadap anak broken home dengan bergabung di
komunitas ini. Bagi yang ingin bergabung, silahkan kirimkan email, berisi nama,
alamat, dan nomor kontak kalian ke : thella.sirait@gmail.com
dengan subjek : Penghuni Rumah Kedua.
Komunitas ini tak hanya diperuntukkan bagi anak-anak broken home, tapi bagi
siapa saja yang memiliki kepedulian terhadap anak broken home.
Kami
tunggu kepedulian kalian di komunitas Rumah
Kedua :)
yes, karena menjadi broken home bukan alasan untuk melepas mimpi. :D
BalasHapusHai, Chatreen Moko. Apakah kamu orang yang sama yg mem-follow twitterku dgn nama Ms.Moko? Thanks btw and nice to know you. Can I get your contact (WA/Line) so we could discuss about this topic further? I saw your picture here and got impressed. Or simply add my Line thella3391 :)
BalasHapusHihi yes sissy, its me. Btw i hav added u on line ya kak 😊😊
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusThanks for sharing mbak Puput. Kami akan sangat senang jika para pribadi yang berlatar belakang broken-home namun bisa keep in struggle tersebut bisa bergabung dan menularkan semangat positif ini bagi teman-teman di komunitas Rumah Kedua. Jika ada hal yang perlu ditanyakan, bisa menghubungi saya di WA 081222566991. Salam.
HapusMungkin efek dari broken home tersebut memang bisa menjadi pribadi yang rapu tapi ridak semuanya rapuh...jujur setelah kelas 2 smp keluargaku ga beraturan mulai dari saat itu juga aku mengalami apa yg namanya titik rapuh,frustasi bahkan ga jarang dulu aku sering lari ke hal2 negativ..tapi seiring berkurangnya usia perlahan mulai sadar dan tau apa yg harus dilakukan...tapi untuk pribadi saya sendiri,menjadi lebih perasa,mungkin itu salah satu yg membuat saya untuk sulit bangkit..biasanya apa yg di lakukan orang lain terhadap saya hanya bisa saya pendam sendiri dan tak jarang membuat saya menangis tengah malam ....sisi positifnya saya lebih banyak berfikir sebelum melontarkan kata2 untuk orang lain,belum tentu orang lain bisa menerima,seperti apa yg orang lain katakan terhaadap saya.....#eh jadi curhat :')
BalasHapusThanks for sharing mas Galang. Kami akan sangat senang jika mas Galang bisa bergabung dan menularkan semangat positif ini bagi teman-teman di komunitas Rumah Kedua. Jika ada hal yang perlu ditanyakan, bisa menghubungi saya di WA 081222566991. Salam.
Hapus