Sebagian dari kita percaya pada
frasa ‘kebetulan’, sebagian lagi termasuk saya percaya bahwa sesuatu terjadi
untuk sebuah alasan. Beberapa teman saya berkata, “Keberuntunganmu besar,
Thella.” Tapi saya kemudian merevisinya, tidak, Tuhan yang terlalu baik
memberikan berkat-Nya pada saya melalui orang lain. Dan kali ini saya akan
cerita tentang sebuah tangan penuh berkat bernama Dahuni Foundation. Tangan
yang tak hanya memberkati saya, tapi telah memberkati banyak anak-anak
Indonesia.
28 April 2016 saya diminta untuk
menjadi moderator acara Volunteering for Indonesia (VFI). Ini adalah acara
tahunan PPI-MIB bekerjasama dengan PPI-UK untuk mengajak kita semua turun
tangan membantu pendidikan anak-anak di Indonesia. Ada tiga pembicara yang
hadir mengisi rangkaian Talkshow VFI kali ini, yakni Ibu Nizma (Founder Chariots for Children), Shally (alumni
Pengajar Muda - Indonesia Mengajar) dan Mba Riyani (Dahuni Foundation). Jujur
saja, karena dimintanya dadakan oleh panitia, saya belum sempat berkenalan
secara personal dengan para pembicara. Terkecuali Shally, karena kami sesama
alumni Pengajar Muda. Yang menarik diantara ketiga pembicara adalah permintaan
satu kursi tambahan dari Raeni** karena katanya suami Mba Riyani, Mr Taco
Franssen akan ikut berdiskusi. Dari situ saya makin penasaran dengan Dahuni
Foundation. Berjalan kurang lebih 4 tahun, Dahuni Foundation* telah menjejak di
Indonesia, Thailand, dan Kamboja dengan keseriusannya memberikan beasiswa dan
mentorship kepada siswa yang kurang mampu. Tak cukup dengan pemaparan dan sesi
tanya jawab, sebelum Mba Riyani pulang, saya meminta kontak beliau. “Let me
know if you come to London!” katanya ramah sebelum bergegas keluar ruangan.
![]() |
After the event 'Volunteering for Indonesia' |
21 September 2016 saya berkunjung ke
London dan menginap di rumah beliau. Sambutannya sangat hangat, apalagi Mba
Riyani dan Om Taco (begitu saya menyapanya akrab) punya seorang anak bernama Nara.
Saya yang naturnya sangat menyukai anak kecil tentu senang menghabiskan waktu
di sana. Tak banyak waktu yang kami habiskan untuk ngobrol karena saya dan Nara
terlalu asik bermain. Namun, saya sempat memperhatikan Mba Riyani begitu konsen
dengan komputer di depannya. Iya, beliau sedang mengurus beberapa kebutuhan
Dahuni. Salut! Itu komentar saya dalam hati. Ketika banyak orang yang
mengeluhkan jarak, Mba Riyani dengan kesibukannya sebagai Ibu Rumah Tangga, begitu
telaten merawat Dahuni dari kejauhan. Ketika banyak pendiri yayasan yang hanya
siap mengucurkan dana dan menerima laporan bulanan, Mba Riyani turun tangan
bahkan sempat membantu proofreading bagi mahasiswa Indonesia yang kuliah di UK.
Mungkin nama Dahuni tak setenar nama lembaga pemberi beasiswa lainnya, tapi
bedanya Dahuni tak hanya memberikan dana namun mempersiapkan serta terus
meningkatkan kemampuan siswanya di dunia akademis.
Saya juga sempat bercerita
tentang kegembiraan saya terpilih menjadi satu dari lima delegasi Indonesia di
forum ekonomi internasional APEC 2016 yang akan berlangsung di Peru tanggal
14-20 November 2016. Mba Riyani tak hanya turut senang, tapi juga menyemangati
saya agar tak berkecil hati meskipun saya satu-satunya perwakilan yang bukan
berlatar belakang ekonomi. Selang seminggu, giliran Mba Riyani dan om Taco yang
datang kembali ke kampus saya untuk rapat dengan pihak International Student
Officer. Mereka mencari peluang kerjasama agar mahasiswa yang didanai oleh
Dahuni bisa punya kesempatan untuk double-degree atau lanjut S2 ke Birmingham.
Selesai rapat, beliau berdua mengajak saya dan Raeni untuk ngopi sambil ngobrol
sebelum mereka balik ke London. Di tengah obrolan seru kami mengenai project
Dahuni bulan November di Indonesia, Mba Riyani bertanya pada saya “Does your
scholarship cover all the cost for joining APEC in Peru, Thella?” Saya jawab seadanya,
bahwa beasiswa saya menyediakan dana bantuan seminar internasional. Namun, kita
harus mempresentasikan penelitian kita dan mereka pun punya batasan maksimal
untuk biaya konferensi. Dari beberapa teman saya diinformasikan bahwa ketika
dana yang kita keluarkan over budget, maka kita yang menanggung sendiri.
“How much it cost you?” lanjut Mba Riyani. Dari pencarian saya, tiket PP paling murah ke Peru sekitar £500 dan biaya selama seminggu konferensi APEC (termasuk akomodasi dan makan) sebesar $995. Karena dana seminar sifatnya ‘reimbursement’ maka mau tak mau saya harus menalangi terlebih dulu. Itu pun saya tidak terlalu yakin akan diganti oleh beasiswa saya karena ini sifatnya forum bukan seminar. Tapi karena forum ini pasti akan bermanfaat bagi saya, saya akan usahakan agar tetap berangkat. Segurat raut kekhawatiran di wajah saya dibaca oleh Mba Riyani. Beliau kemudian bertatapan dengan Om Taco beberapa saat, entahlah mereka sedang bertelepati apa. Tak lama Mba Riyani bertanya kepada suaminya, “What do you think?” dan Om Taco menjawab “Yes”. Lalu Mba Riyani memalingkan wajahnya dan menyentuh tangan saya sembari berkata “You go to Peru, we will buy your ticket!”
“How much it cost you?” lanjut Mba Riyani. Dari pencarian saya, tiket PP paling murah ke Peru sekitar £500 dan biaya selama seminggu konferensi APEC (termasuk akomodasi dan makan) sebesar $995. Karena dana seminar sifatnya ‘reimbursement’ maka mau tak mau saya harus menalangi terlebih dulu. Itu pun saya tidak terlalu yakin akan diganti oleh beasiswa saya karena ini sifatnya forum bukan seminar. Tapi karena forum ini pasti akan bermanfaat bagi saya, saya akan usahakan agar tetap berangkat. Segurat raut kekhawatiran di wajah saya dibaca oleh Mba Riyani. Beliau kemudian bertatapan dengan Om Taco beberapa saat, entahlah mereka sedang bertelepati apa. Tak lama Mba Riyani bertanya kepada suaminya, “What do you think?” dan Om Taco menjawab “Yes”. Lalu Mba Riyani memalingkan wajahnya dan menyentuh tangan saya sembari berkata “You go to Peru, we will buy your ticket!”
Tanpa sadar saya langsung
menggelengkan kepala, pertanda tak percaya. “No way, is that real?” seloroh
saya. Om Taco kemudian membalas, “Do you want us to kidding you?” sambil
tertawa kecil melihat muka saya yang masih aneh tak percaya. Kalian bisa
bayangkan, baru beberapa saat mengenal Dahuni, dua kali ngobrol dengan
pendirinya, dan belum sempat bantu apa-apa di Dahuni. Lalu tiba-tiba akan
dibiayai untuk terbang ke Peru? £500 mungkin jumlah yang kecil untuk orang
kaya, tapi Dahuni punya anak bukan cuma saya seorang. Ada proyek di tiga negara
dan sekian banyak anak yang dibiayai sekolahnya. “Thella, networking is
everything. If you meet the right people, you could solve your problem. And
sometimes miracle happened just like this” kata Om Taco kepada saya. Saya pun
bertanya, “Do you have any condition for me in receiving this? I’d be happy to
do.” Tapi mereka hanya menjawab bahwa mereka rindu melihat saya pulang
‘berbeda’ karena lebih ‘berisi’ dan berpengalaman. Mba Riyani pun membekali
saya dengan satu kaos hitam Dahuni agar motto “Cultivating dreams, transforming
lives, one scholarship at a time” bisa menginspirasi banyak rekan yang saya
temui di Peru. Meskipun permintaan mereka sederhana, saya bertekad untuk
membuat video singkat yang mudah-mudahan bisa ditaruh di website Dahuni
Foundation dan ditonton oleh anak-anak di Indonesia agar mereka lebih semangat
belajar. Ya, Dahuni dan segala gerakan positifnya perlu terus disuarakan bukan
hanya saat APEC dan kepada jejaring yang saya bangun selama di Peru, tapi untuk
seterusnya. Terima kasih, Dahuni dan teruslah memberkati.
![]() |
Proudly wearing this shirt in Peru |
PS: Ini bukan akhir cerita, saya
masih punya lanjutan cerita bagaimana berkat yang saya terima melalui tangan
Dahuni Foundation ini bisa menular. Ditunggu ya! J
*Lebih lanjut tentang Dahuni
Foundation bisa dibaca di http://www.dahunifoundation.com/
Bagi kerabat yang ingin mendaftar, beasiswa Dahuni dibuka bulan Mei dan
November.
**Raeni adalah wisudawati terbaik
Unnes yang dulu banyak diberitakan karena saat wisuda diantar oleh ayahnya
berprofesi sebagai tukang becak. Raeni menerima beasiswa Presiden ke Univesity
of Birmingham dan kini telah lulus. Raeni juga merupakan asuhan Dahuni
Foundation dan baru-baru ini membantu kegiatan English Camp DF di Boyolali.
0 komentar:
Posting Komentar