Jam sudah menunjukkan pukul 23.23. Saya berpacu dengan waktu
dan kemampuan mengetik sebelas jari demi menulis sesuatu yang hampir bikin saya
tidak tidur. Ya, mumpung masih 28 Oktober, anggaplah refleksi penutup hari.
Hari ini timeline di semua media sosial saya penuh dengan
ucapan ‘Selamat Hari Sumpah Pemuda’. Beberapa rekan berfoto dengan Batik,
beberapa video pemicu semangat, dan sedikit diantaranya menulis. Topiknya
berbeda namun temanya masih soal nasionalisme. Sempat pula saya menonton
kompilasi video PPI Dunia, pesannya sungguh berapi-api, sekelibat soal janji
berkontribusi. Saya mungkin satu diantara sekian yang mencoba berpikir lebih
menapak tanah. Hal ini berangkat dari apa yang kita lihat (bagi yang masih
memerhatikan Ibu Pertiwi dari ribuan mil) akhir-akhir ini.
Konstelasi politik yang memanas dan bisa dibilang menyulut
perpecahan cukup mengiris hati saya. Betapa tidak, agama dan ras dijadikan
alasan untuk mengotak-kotakkan diri. Padahal kalau ditarik ke belakang, sewaktu
jamannya perang dan harus angkat senjata, sepertinya para pejuang tak sempat
bertanya soal agama dan ras. Lho, sekarang kok di saat sudah merdeka, malah
pikiran kita yang belum se-merdeka itu? Dari jaman SD kita sudah diajari bahwa
ada lima agama yang diakui di Indonesia, sekarang enam. Masih tertanam dalam
kepala kita pelajaran PPKn tentang Bhineka Tunggal Ika? Ngilu rasanya kalau
sekarang timbul gesekan.
Memaknai Sumpah Pemuda ala saya, satu diantara sekian
generasi muda yang beruntung disekolahkan jauh ke negeri Ratu Elizabeth, tak
perlu sulit-sulit. Cukup ingat kembali sejarahnya dan kaitkan dengan apa yang
ada di depan mata. Bagi saya, keberagaman dalam bangsa kita bisa menjadi
kekayaan jika makin banyak orang terdidik menebar nilai positif. Namun,
keberagaman pun bisa jadi ancaman jika makin banyak orang berpikiran sempit
menularkan kebencian. Ah, tapi saya optimis bahwa sesuatu yang baik lebih cepat
menular (Amin!)
Akhir kata, saya cuma mau bilang buat pemuda-pemudi
(termasuk yang tak lagi muda) bahwa untuk dihargai bangsa lain, belajarlah
untuk menghargai bangsamu sendiri. Jika sudah jauh kakimu melangkah, bawalah
tak sekedar ilmu, gelar, dan nilai distinction, tapi pulanglah dengan pemikiran
yang luas dan solusi atas satu permasalahan bangsamu. Selamat memaknai Sumpah
Pemuda, tak hanya hari ini, bukan?
Birmingham, 28 Oktober 2016
Ditemani lagu “Untuk Indonesia” -AFTERFIVE
0 komentar:
Posting Komentar